Syria's Sharaa Tiba di AS

Syria’s Sharaa Tiba di AS untuk Pembicaraan dengan Trump Setelah Sanksi Dicabut

Presiden Suriah Ahmed Sharaa tiba di Washington untuk kunjungan resmi, hanya dua hari setelah statusnya sebagai Specially Designated Global Terrorist resmi dicabut oleh Amerika Serikat. Kedatangan Sharaa menandai langkah penting dalam diplomasi Suriah setelah bertahun-tahun isolasi di bawah rezim Assad dan konflik sipil selama 13 tahun.

Pada kunjungan ini, Sharaa dijadwalkan bertemu dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Senin, sebelas bulan setelah aliansi pemberontaknya menggulingkan Bashar al-Assad. Pertemuan ini diprediksi akan menekankan kerja sama untuk menanggulangi sisa-sisa kelompok ekstremis di Suriah, termasuk elemen yang masih terkait dengan ISIS.

Langkah Keamanan dan Penangkapan Anggota ISIS di Suriah

Beberapa jam sebelum kedatangannya di ibu kota AS, pihak berwenang Suriah mengumumkan penangkapan puluhan anggota yang diduga terkait Islamic State. Otoritas Suriah menyebut 71 tersangka ditahan, dengan senjata dan bahan peledak juga disita.

Upaya gabungan untuk menangani ancaman ekstremis ini diperkirakan menjadi agenda utama dalam pembicaraan Sharaa dengan Trump. Selain itu, langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah baru Suriah dalam menegakkan stabilitas dan keamanan nasional.

Tanggal PenangkapanJumlah TersangkaBarang Bukti
November 202571 orangSenjata dan bahan peledak

Sejak mengambil alih kekuasaan, Sharaa berusaha mengembalikan posisi Suriah di panggung dunia setelah isolasi panjang. Ia sebelumnya menghadiri Sidang Umum PBB di New York, menyatakan bahwa Suriah “merebut kembali posisi yang layak di antara negara-negara dunia,” dan menyerukan pencabutan sanksi internasional.

Pencabutan Sanksi dan Pengakuan Internasional

Awal minggu ini, Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi AS untuk mencabut beberapa sanksi, seiring dengan proses bertahap Washington yang telah berlangsung berbulan-bulan untuk melonggarkan sanksi terhadap Suriah dan para pemimpin barunya.

Pada Jumat lalu, Sharaa dan Menteri Dalam Negeri-nya, Anas Hasan Khattab, dihapus dari daftar individu yang dicurigai mendukung atau mendanai kelompok ekstremis oleh Departemen Keuangan AS. Keputusan ini disebut sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Suriah.

Sharaa sebelumnya tercatat dengan nama alias Muhammad al-Jawlani, sebagai pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Kelompok ini pernah berafiliasi dengan al-Qaeda hingga 2016, saat Sharaa memutus hubungan.

Latar Belakang dan Transformasi Sharaa

Sebelum memimpin HTS, Sharaa terlibat dalam pertempuran bersama al-Qaeda di Irak dan sempat dipenjara oleh pasukan AS. Ia juga pernah menjadi target hadiah $10 juta oleh pemerintah AS. Pada awal tahun ini, sanksi AS terhadap HTS juga dicabut, menandai perubahan signifikan dalam kebijakan terhadap Suriah dan kelompok pemberontak.

Pertemuan Trump dengan Sharaa sebelumnya terjadi pada Mei di Riyadh, di mana Trump menggambarkan Sharaa sebagai “pria tangguh dengan masa lalu yang kuat.” Meski memiliki latar belakang militan, Sharaa berhasil menarik dukungan dari pemerintah yang menentang rezim Assad dengan berjanji memimpin pemerintahan moderat.

Tantangan Politik dan Sosial di Suriah

Sharaa berjanji menyingkirkan unsur-unsur dalam pasukan keamanan yang dituduh mengeksekusi anggota minoritas Alawi. Namun, konflik tetap muncul, seperti bentrokan antara suku Sunni Badui dan milisi Druze, menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pemerintah yang dipimpin HTS untuk memulihkan stabilitas.

Kesulitan ini menyoroti tantangan besar bagi Suriah: membangun pemerintahan yang inklusif dan aman setelah perang panjang. Di tengah proses rekonsiliasi, Sharaa harus menyeimbangkan kepentingan berbagai kelompok etnis dan faksi yang bertikai.

Prospek Hubungan Suriah-AS

Kunjungan resmi Sharaa ke AS menjadi peluang untuk memperkuat hubungan diplomatik dan membangun kepercayaan. Kerja sama keamanan, khususnya melawan sisa ISIS, akan menjadi fokus utama. Selain itu, langkah-langkah pencabutan sanksi menunjukkan kepercayaan awal AS terhadap komitmen pemerintah baru Suriah.

Jika Sharaa berhasil menunjukkan stabilitas dan moderasi, peluang Suriah untuk kembali ke komunitas internasional semakin terbuka. Dukungan internasional, termasuk pengakuan formal dan akses ekonomi, dapat membantu proses rekonstruksi pasca-konflik.

Dengan agenda yang padat dan latar belakang kompleks, pertemuan ini mencerminkan babak baru dalam sejarah Suriah dan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat.